top of page
Search

Public Relations dalam New Normal: The Inevitable Change

McKinsey mengungkapkan bahwa COVID-19 telah mempercepat adaptasi teknologi.1 Kemajuan teknologi yang kita rasakan setelah sekitar dua tahun pandemi ini, pada keadaan normal mungkin baru bisa dicapai dalam jangka lima tahun bahkan lebih. Dan berita baiknya adalah, perubahan yang dibawa oleh adaptasi teknologi tersebut akan terus menemani kehidupan kita ke depannya.

Istilah ‘new normal’ menandakan bahwa kita tidak akan lagi kembali ke kehidupan sebelum pandemi. Perubahan besar telah terjadi, dan meskipun sempat kesulitan dengan segala keterbatasan, saat ini new normal sudah merambah di semua aspek kehidupan.

Change is good. But it’s also often hard.

Public Relations bersifat dinamis, baik itu dari segi ilmu, bisnis, maupun praktisi yang terlibat di dalamnya. Di antara elemen utama dari public relations adalah komunikasi dan image, yang sangat bergantung dengan situasi dan kondisi yang tengah terjadi dalam masyarakat. Sebagai praktisi public relations, kesiapan dalam menangani krisis juga merupakan hal yang krusial. Dan dengan pergeseran kebiasaan ke new normal, praktisi public relations harus ride the wave dan cepat menyesuaikan diri dengan perubahan.

Problem solving is the key

Problem solving adalah skill penting yang harus dimiliki praktisi public relations, terutama di masa krisis. Masalah bisa datang kapan saja, dan masalah baru bisa saja datang di tengah masalah lain yang belum terselesaikan. Praktisi public relations harus berorientasi pada solusi, bukan hanya solusi yang bisa menyelesaikan masalah, namun juga solusi bagaimana menyampaikan informasi mengenai penyelesaian masalah tersebut kepada audience.

Problem solving skill bisa datang dari kesiapan atau preparedness. Praktisi public relations harus memiliki persiapan untuk berbagai skenario krisis yang mungkin terjadi, maka saat krisis itu benar-benar terjadi, maka solusi dari permasalahan akan lebih mudah ditemukan. Persiapan tersebut dapat berupa banyak hal, termasuk manual, training, hubungan yang dijaga dengan baik dengan banyak stakeholder, dan pengetahuan tentang pemberitaan terkini. Dengan skill problem solving dan kesiapan, maka public relations bisa menghadapi krisis dengan lebih mudah.

Adapting with the technology

Sebelum COVID-19, mungkin kita tidak menyangka bahwa operasi perusahaan, pendidikan, sampai jual beli dapat dilakukan sepenuhnya online. Dulu work dan learn from home merupakan istilah yang terdengar asing, namun dengan percepatan adopsi teknologi, kita dapat merespon krisis dengan cepat dan menjadikan teknologi digital sebagai solusi.

Di masa pandemi, aplikasi konferensi video menjadi backbone dari komunikasi dan kolaborasi. Sosial media juga menjadi hal penting yang bukan hanya untuk hiburan, tetapi juga sebagai tools krusial untuk menjalankan bisnis.

Namun penggunaan teknologi selama pandemi lebih dari sekedar menggunakan konferensi video untuk menggantikan meeting tatap muka. Teknologi juga harus digunakan sebaik-baiknya untuk kolaborasi dengan stakeholder. Dalam public relations, semua event yang biasanya offline telah dilakukan sepenuhnya online. Adaptasi teknologi, workflow, cara kolaborasi, merupakah hal paling penting untuk memastikan pesan tersampaikan dengan sebaik-baiknya.

Adaptasi dengan teknologi juga berarti bijak dalam menggunakannya, termasuk menyadari ancaman siber yang mengintai seperti virus, pencurian data dan identitas, serta peretasan. Beradaptasi dengan teknologi dengan tepat akan memberikan dampak positif bagi kinerja public relations, agar bisa terus berada on top of the game meskipun dalam situasi krisis seperti pandemi.

Staying relevant, but not boring

Selama kurang lebih dua tahun belakangan, pandemic is all people talk about. Sebagian besar kegiatan dikaitkan dengan pandemi karena memang informasi itulah yang dibutuhkan oleh audience saat itu. Pembahasan pandemi telah dilakukan menggunakan banyak sudut pandang, dalam banyak sektor, dan berbagai target audience.

Meskipun pembicaraan tentang hal yang relevan adalah penting, kadang terlalu sering membahas hal yang sama menyebabkan audience menjadi bosan. Penting untuk seorang public relations untuk menambahkan variasi pesan yang disampaikan, dan bagaimana cara menyampaikannya. Meskipun pembicaraan masih seputar hal yang sama, namun sudut pandang yang digunakan bisa di-explore dengan sekreatif mungkin.

Misalnya, saat menyampaikan pesan tentang kesehatan selama pandemi, materi bisa dikaitkan dengan topik menarik lainnya, misalnya lifestyle, pendidikan, dan teknologi. Dengan begitu, pesan tetap tersampaikan dengan efektif, dan audience pun bisa mendapatkan nilai dan info yang lebih kaya dari pesan tersebut.

People say, if you don’t change, you don’t grow. Kita harus melihat perubahan yang dibawa oleh pandemi ini sebagai sesuatu yang positif, yang menawarkan skill-set baru yang dapat kita gunakan untuk terus mengembangkan diri. Dengan fokus untuk berubah ke arah yang lebih baik dari segala aspek, maka praktisi public relations dapat tetap memberikan kinerja yang baik dalam kondisi apapun.



***

92 views0 comments

Recent Posts

See All

Pemasaran Digital

Revolusi digital yang dimulai pada tahun 1980  dipicu oleh generasi remaja yang lahir pada tahun 80-an atau biasa disebut generasi milenial. Disusul ledakan dalam penggunaan Internet dengan pembentuka

bottom of page